Worro Sudarmo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Teman-temanku Terus Pergi (#tantangan menulis 30 hari, hari ke-3)

Teman-temanku Terus Pegi

Oleh Worro Sudarmo

Betul, saat lahir kita sendiri! Tetapi, detik selanjutnya adalah bersosialisasi. Sebab, kodrat manusia adalah "homo sapien". Karenanya kita banyak mendapat teman. Teman "positif" yang disebut sahabat dan teman "negatif" yang dengan sangat berat berstatus sebagai "musuh". Perubahan statusnya sulit dipredisksi dan sulit dipertahankan dengan hitungan waktu. Menit ini berstatus teman, detik berikut berbalik menjadi musuh. Lalu, harus menerima kenyataan pedih, kembali sendiri seperti saat lahir.

Betul, awalnya kita memang sendiri! Namun, kesendirian setelah bersama-sama menikmati dinamika hidup yang menyenangkan sungguh melukai sanubari. Pikiran bercabang dengan sejuta pengandaian. Ah, seandainya saya tak pernah berjumpa dengannya, pasti tak akan pernah berpisah. Ah, andaikata saya tak pernah bersamanya, saya pasti tak akan pernah merasa sendiri. Andaikan dulu tak pernah menaruh rasa apapun, pasti tak akan terluka karena terenggut putus ikatan rasa ini. Ah, lalu teman-temanku terus pergi.

Satu pergi saat mulai kunaiki piramid yang terbangun oleh etos kerjaku. Semua orang pasti tahu kerucut piramid telah membuatnya berpuncak satu. Satu lagi pergi setelah ternyata sulit bertoleransi dengan misi dan visi organisasi. Pemaksaan organisasi memang terus mengharuskan tetap bersama walau melintas di jalan sendiri-sendiri sesuai rel pilihannya. Pergi lagi karena sulit menerima konvensi. Terus pergi membentuk bentangan jurang pemutus jalinan rasa. Betul, awalnya kita memang sendiri. Namun, sebagai "homo sapien", ternyata tak sanggup sendiri. Anugerah Tuhan atas rasa kepada manusia telah memaksa perlunya pihak untuk pelampiasannya. Pelampiasan dendam rindu, pelampiasan dendam kasih sayang, pelampiasan dendam kebahagiaan, pelampiasan dendam penasaran, pelampiasan dendam kemarahan. Objeknya tentu makhluk yang sama dikaruniai rasa. Tapi, satu-satu temanku pergi. []

*) Maaf, teman. Hebatnya kelemahanku telah memaksamu pergi satu-satu dari kebersamaan kita. Itu pedih!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang sangat bagus. Tajam sekali

20 Feb
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih, Bu Isti. Jadi tambah semangat menulis.

20 Feb
Balas



search

New Post