Worro Sudarmo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ternyata Aku Belum Hebat (#Tantangan menulis 30 hari, hari pertama)

Ternyata Aku Belum Hebat

[Catatan Usai Briefing Kedinasan]

Oleh Worro Sudarmo

"Pahlawan memang begitu. Dia yang berjuang mati-matian, orang lain yang menikmati hasilnya. Berjaya, dipuji pula. Tapi, tetap saja bukan orang lain itu yang hebat. Tapi, kau! Sebab, kaulah pahlawannya," kata kawanku memberi hiburan.

“Saya tahu itu, kau yang hebat !” kata kawanku lagi.

Aku memang sangat kecewa saat itu. Kekecewaanku bertambah hebat saat hal yang aku tunggu-tunggu tak juga keluar dari bibirnya. Tidak terlalu berlebihan, aku hanya berharap ia menyampaikan bahwa hal hebat yang membuatnya mendapat pujian juga berkat bantuan berupa warisan karya dariku. Hanya itu. Aku tak meminta yang lebih atau meminta bagian pujian yang ia terima. Beberapa detik setelah tepuk tangan hadirin di ruang briefing, ia memang langsung mengirimi aku pesan singkat (sms) yang berisi ucapan terima kasih. Tapi bukan itu yang kumau. Aku hanya meminta ia menyampaikan bahwa sebagian yang ia tunjukkan di depan forum itu ada yang merupakan karyaku - hasil kerja kerasku. Sebuah sentuhan kecil. Hanya itu.

Memang aku tak bisa menuntutnya secara hukum. Sebab, karyaku itu belum dipatenkan oleh pihak yang berwenang melindungi hak cipta. Apalagi sangat jelas bahwa karyaku sekarang ada di tangannya memang karena saat itu aku memeberikannya dengan cuma-cuma. Kuberikan karena pada saat itu berada dalam kelompok yang sama. Rekan sekelompok tentu sangat baik kalau bisa saling berbagi. Tetapi setidaknya dia tahu bahwa ada kode etik tidak tertulis tentang hak cipta intelektual yang sangat baik untuk diperhatikan.

Aku tak bisa mengendalikan perasaan saat itu hingga tanpa berpikir panjang kusampaikan kekecewaanku ini kepada teman sejawatku. Dan dengan empati tingginya ia mengingatkanku tentang “pahlawan”.

Aku tentu tahu dan paham benar akan filosofi pahlawan serta bangga dan bahagianya disebut pahlawan. Pahamku akan hal itulah yang kemudian menyiksaku setelah itu.

Ya, ternyata aku belum hebat ! Aku belum bisa membersihkan hatiku dari rasa pamrih . Aku belum bisa bersih benar dari hasrat untuk riya. Aku belum bisa membebaskan hatiku dari keinginan memaksa orang lain mengakui peran sertaku akan keberhasilannya. Aku belum bisa menahan diri untuk mengatakan bahwa aku juga berperan penting atas sukses yang ia raih. Dan aku tak bisa membela diri dan membenarkan perasaanku ini dengan menyalahkan orang lain. Dia punya hak untuk “menjaga rahasianya”. Apalagi dia teman baikku. Teman baik yang pernah bahu membahu dalam satu tim kerja. Teman baik yang tentu saja sudah sangat banyak membantuku.

Ternyata, aku memang belum hebat. Sebab, kenyataannya aku belum sanggup membunuh gejolak seperti itu. Maka, jangan hibur aku dengan sebutan pahlawan wahai teman. Terlalu berat. Aku belum hebat ! [ ]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Penggunaan tanda seru (!) harus nempel, melekat pada huruf sebelumnya. ia sama dengan titik dan tanda tanya

18 Feb
Balas

Terima kasih, Bu Isti.

18 Feb
Balas



search

New Post